Metode Ilmu Hakikat menuju Ma'rifat

METODE ILMU HAKIKAT MENUJU MA'RIFAT

Sahabat, Rasulullah Saw pernah menyampaikan bahwa ilmu itu ada dua, yakni ilmu lisan (zahir) dan ilmu qalbi (batin). Ilmu pertama dicapai dengan tulis baca. Sedangkan ilmu batin diraih dengan menjaga adab suluk (melaksanakan perintah, menjaga larangan, menjaga anggota tubuh dan hati). Termasuk melaksanakan dzikir/wirid yang telah ditalqinkan, di waktu utama (sesudah subuh & maghrib).

Secara ringkas langkah pertama untuk meraih Ilmu hakikat adalah menjaga kebersihan hati. Proses tazkiyah itu harus terus dilakukan. Karena kotoran itu selalu datang. Seperti membersihkan rumah setiap hari.

Langkah kedua, harus melalui bimbingan Mursyid. Peran Mursyid menggantikan peran para Nabi As sebelumnya. Allah SWT berfirman:

مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا

"Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang (layak) mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka dia tidak (layak) mendapatkan seorang Wali Mursyid". (Q.S. Al Kahfi: 17)

Di sini disebutkan sosok Wali & Mursyid (satu paket). Pengertian Wali adalah orang yang dekat dengan Allah dan melindungi Agama Allah. Predikat Wali sebagai lambang kedekatan seorang hamba di sisi Allah terus melekat termasuk para Nabi As.

Wali-wali Allah itu bertingkat-tingkat (ada 9 tingkatan). Hirarki tersebut dinamakan sebagai al hukumah al bathiniyyah (pemerintahan batin). Bumi ini diwariskan kepada hamba yang saleh. Maka keberadaannya memengaruhi stabilitas dunia (khususnya tempatnya berada).

Wali Mursyid itu sesungguhnya adalah pemimpin dalam agama, walau secara umum tidak ditampakkan oleh Allah.

Ilmu hakikat adalah ilmu yang didatangkan ke dalam hati. Atau disebut dengan al faidh, yakni seperti air yang mengalir. Jadi ilmu hakikat itu adalah ilmu yang dialirkan Allah ke dalam hati, sehingga ibadahnya bertambah kuat. Hatinya tersambung (wushul) kepada Allah. 

Mursyid adalah wasilah wushul tersebut. Wasilah ada yang haq dan batil. Wasilah yang batil adalah sesuatu yang tidak memberikan manfaat maupun madharat, seperti berhala-berhala di zaman dahulu.

Para Sahabat Ra mengenal Allah sehingga mendapatkan hakikat sehingga keimanan/keyakinannya kuat, mahabbah kepada Allah melalui wasilah figur Rasulullah Saw. Para Ulama mengatakan lawlal murobbi lammaa 'aroftu robbii (Seandainya bukan karena pembimbingku maka aku tidak akan mengenal Tuhanku). 

Cinta Para Sahabat Ra kepada Allah yang amat sangat (asyaddu hubban lillaah) sehingga berani mengorbankan segala-galanya disebabkan mengenal Allah.

Tumbuhnya keyakinan, mahabbah adalah hakikat. Dengan hakikat, tawakalnya kuat, sabarnya tak ada batas, mampu bersyukur, zuhud (tidak terhijab kesenangan dunia). Untuk mendapatkannya harus mendapatkan bimbingan seorang Wali Mursyid. Dzikir terus menerus akan melahirkan hakikat demi hakikat. 

Hijrah itu bukan sembarang hijrah, tapi harus ada panutan (pemandu)nya, seperti yang dilakukan para Sahabat Ra. Pemandu umat zaman sekarang adalah sosok Wali Mursyid. Jika belum menemukan pemandu, maka hijrahnya belum jelas.

Hendaknya senantiasa mengevaluasi hati di setiap keadaan, apakah senantiasa tersambung kepada Allah. Karena esensi diri manusia adalah hatinya. Ujung kehidupan adalah kematian. Jasad akan hancur (fana) seiring hancurnya bumi ini. Hal tersebut sudah dirasakan ketika memasuki usia 40 tahun.

Kita semua harus menatap masa depan (akhirat yang abadi) dengan memastikan batin selalu menerima ilmu dari Allah. Dengan mendapat ilmu hakikat akan mengetahui hal yang sesungguhnya di balik segala yang terjadi.

Tujuan ilmu hakikat adalah supaya bisa menjalankan misi besar kehambaan kepada Allah. Agama menjawab, mengatasi, memberikan solusi atas seluruh problematika kehidupan dunia yang mengandung ujian. Termasuk musibah Covid-19, melihatnya dengan hikmah (aspek batin) sehingga tidak terjebak dengan kulit (bayang2) dari suatu kejadian.  Dengan demikian meningkat kualitas jiwanya di hadapan Allah.





Posting Komentar untuk "Metode Ilmu Hakikat menuju Ma'rifat"